19 April 2007

IPDN Dibubarin? Terus..?

Tadi malem, masnya satu ini tanya sama saya, "Kamu setuju gak IPDN dibubarin?"
Saya jawab, saya gak gitu setuju. Debat akhirnya berujung ke arisan, dengan topik :
BUBAR GAK?
:))

Peserta arisan laennya adalah cecunguk-cecunguk a.k.a masnya, dan Pakdhe Ndobos. Satu lagi cecunguk diculik secara dadakan adalah Dimas, temen saya yang kuliah di Fakultas Hukum. Huehhehe.. Pas ini..



Saya berpendapat, membubarkan IPDN bukanlah solusi yang tepat. Karena kadang usul pembubaran terdengar kayak emosional sesaat, ato kalo kata Paman satu ini, reaksi semusim gituh. Solusi yang ndak solutif, gituh.. Emang abis dibubarin, orang-orang yang dengan marah menuntut pembubaran, masi mau tau gimana kelanjutan paska pembubaran? Kita-kita ini kadang cuma mau liat satu petak dadu dari keseluruhan sisi dadu yang ada. Kita-kita ini kan istilahnya orang luar yang mengenali masalah dari kulit luarnya aja, karena masalah itu di blow up sedemikian hingga oleh media. Dan kita-kita ya bisanya cuma kasi komentar, kasi usul, dan marah-marah.. Hehe..

Kita orang luar ini, yang emang bukan terjun langsung di bidang tersebut, kan ndak tau pasti gimana sebenernya sistem yang melingkupi seputaran pembentukan Pamong Praja. Gimana birokrasinya buat perekrutan para pegawai yang nantinya bekerja di seputaran anak tangga Pemerintahan. Walopun sebenernya saya tu binun juga sih, apa kalo mo jadi Camat itu harus bener-bener pernah sekolah di IPDN dulu gituh.. Lha Bapaknya temen saya, jadi Bupati aja ndak pake sekolah di IPDN dulu tuh? Hayyooow...

Perubahan yang mendadak di alur suatu sistem, pasti akan berefek panjang dan merancukan sistem yang sudah ada. Bukannya menolak suatu hal yang fresh dan baru. Tapi dengan kondisi bangsa yang carut marut, dan pesimisme terhadap Pemerintah sendiri, menurut saya kok malah tambah ndak sehat kalo IPDN dibubarin. Bukan solusi yang tepat.

Momon berkata, bahwa IPDN itu harus dibubarin, biar gak ada siswa mati lagi di IPDN. Mending dibubarin, lalau sisanya suruh kuliah di UGM. Biar sadar kalo mereka besok itu kerjanya melayani masyarakat, bukan ngompasi masyarakat, dan menghasilkan Camat-Camat yang lebih egaliter dan peka sosial. Siswa IPDN yang sekarang ditransfer ke institusi pendidikan yang tidak punya track record kekerasan. Soal stratifikasi, gampang itu. Minimal tidak ada resiko nyawa.

Si Pakdhe bilang, membubarkan IPDN itu cuma kayak cut of the iceberg. Pucuk yang keliatan di atas lautan aja yang diilangin. Yang bawahnya, yang lebih gedhe, tetep aja dibiarin. Ya Titanic tetep aja bakal tenggelam.
"Kalo IPDN harus bubar karena ada yang mati karena kekerasan, maka ada banyak yang harus bubar," gitu kata si Pakdhe.

Fokus utama adalah kekerasan. Dan merubuhkan satu pohon gara-gara satu cabangnya berkutu, kok kayaknya harus dipikir-pikir gitu.

Kemudian, Dimas yang diculik dadakan, berkomentar.

"Menurut aku harus dibubarin tik, ya minimal biarkan sampe angkatan terakhir lulus. Penyelesaiannya bisa dibuat sekolah profesi aja, mereka bisa jadi birokrat dengan sekolah IPDN setahun stelah lulus S1, itu lebih bagus. Karena itu kayak korupsi, dah jadi budaya, memang harus diputus satu generasi supaya hilang sama sekali. Makanya setidaknya biarkan yang sudah ada sekarang dibiarkan sampe lulus dulu (lagi pula kan daya tampung asrama mereka dah kelebihan 500 mahasiswa sekarang 1500 mahasiswa), terus sambil konsep profesi birokrat itu."

Sampe disini, sisa cecunguk laennya manggut-manggut. Solusi yang solutif. Tuntutan pembubaran yang menyediakan rencana paska pembubaran. Idenya mirip Momon. Saya dan Pakdhe setuju tentang rencana paska pembubaran ini.

Satu hal yang bisa menjadi catatan, kami semua cecunguk-cecunguk arisan ndak setuju tentang pendirian IPDN di masing-masing daerah. Ini bisa menjadi kasus tersendiri di depan kelak. Chauvinism bisa berkembang, dan isu putra daerah bisa jadi tambah tajam.

Well, sekali lagi, kita-kita ini cuma bisanya komentar, berdiskusi sana-sini, tapi ya ndak tau gimana ituh nanti yang berkuasa menjalankan.. (Yang berkuasa blom tentu yang punya jabatan loh yaaa.. ;))) Hehe..

Dan arisan ditutup dengan ngomongin harga pecel yang kian melambung... B-)

Read More »