24 November 2005

Musisi - EO - Duit



ANTARA MUSISI, EVENT ORGANIZERS,
DAN KERTAS BERHARGA BERGAMBAR PAHLAWAN NASIONAL


Punya band?
Pengen jadi pemusik?
Pengen punya kehidupan yang beda dari orang kebanyakan (jadi musisi misalnya)?

Jangan deh!!Rugi!!Gak menjamin bisa hidup enak!!
Gak begitu aturan mainnya di negara ini, dan ini bisa kita liat pada hanya segelintir manusia yang bisa. Percaya gak?!
Djokdja, kota yang punya banyak koleksi musisi yang bisa dibilang keren.
Kota ini punya pemusik-pemusik dari berbagai macam genre.
Beberapa udah sukses, beberapa udah malang melintang cukup lama hingga banyak dikenal, dan sebagian besar masih luntang-lantung cari jalan buat tetap bisa bertahan di musik.

Ya, yang pasti semua terus berjuang untuk mencapai apapun yang mereka inginkan dari bermusik, untuk uang, publisitas, pengakuan, pelepasan emosi, dan hal-hal lain yang menurut mereka bisa didapatkan dengan bermusik (ini tidak termasuk yang cuma buat main-main, buat hiburan, atau menggaet lawan jenis). Karena aku yakin banyak teman-teman yang setuju bahwa musik bukan semata hiburan, tapi juga merupakan way of life.

Cut the bulls**t, and lets get to the point shall we!
Ini cuma buat yang setuju sama hal ini! Yang tidak?
Terserah!!
It’s a free world, everyone have their own piece of mind…
Ada beberapa pertanyaan bro? Apa bisa jadi pemusik menjamin hidup? Apa bisa suatu saat pemusik dihargai layaknya karyawan bank, pegawai negeri, atau apalah!!

Ada suatu hal yang ironis disini. Banyak teman-teman dengan potensi luar biasa, menyerah, stop main musik karena udah nggak bisa menjanjikan apa-apa lagi, jalan mereka kandas oleh kebutuhan hidup layaknya orang-orang normal, dan apa ini karena Sistem?
Karena belum ada cukup penghargaan buat siapapun yang memilih jadi pemusik, baik dari generasi terdahulu maupun sekarang?
Mau sampai kapan dunia musik kita berjalan begini, padahal beberapa tahun belakangan ini, para pendengar musik, baik yang cuma iseng, atau yang benar udah Addict tuh buuaaanyak banget…!!
Bahkan sampai rela ngorbanin banyak hal.

”Lah!!”
Terus kenapa masih banyak pemusik bagus yang gugur oleh kebutuhan hidup?
Di negara yang punya rating pembajakan tinggi ini, sepertinya sulit buat pemusik dapat menggantungkan hidup dari royalti penjualan records mereka.
Lagi pula daya beli masyarakat rendah, terpaksa para musisi menggantungkan hidupnya lebih pada Gigs mereka.
Tapi inti masalahnya adalah, kenapa banyak orang yang buat acara musik nggak mau ngerti betapa berharganya musik, berapa banyak orang yang mengganggap musik itu berharga, dan bukan cuma hiburan.

Event Organizing memang sebuah bisnis. Dan business is business,bro!
Tapi udah saatnya pihak-pihak EO sedikit peduli dengan Partner kerja mereka (Aku tegaskan lagi Partner, bukan sesuatu yang harus diperas dan dieksploitasi) yaitu pemusik, dengan penghargaan yang sesuai, setimpal dengan kerja pemusik.

Ada beberapa kasus dimana band-band yang udah punya Record ,baik independen ataupun mayor dihargai sangat murah dan sedikit tidak manusiawi pada beberapa acara musik, hingga akhirnya EO lain yang mengadakan acara pada waktu-waktu berikutnya juga ikut-ikutan ngasih harga penawaran yang rendah, pada akhirnya menjatuhkan harga pasaran band-band yang udah punya nama, dan akhirnya dalam jangka panjang harga buat musisi-musisi djokdja kebanting abis-abisan.
Kalo band-band yang udah punya nama aja dihargai rendah, gimana nasib band-band yang masih berjuang?

“okelah!”
Beberapa band yang punya modal besar bisa naik dan bertahan, yang tidak?
Gilanya lagi,akibat penawaran dari EO yang kian turun membuat beberapa band yang udah punya nama cukup besar, dengan egoisnya menurunkan harganya lebih rendah dari band-band selevel mereka, hingga terjadilah konflik tak terlihat antara band-band yang seharusnya saling dukung.

Man, can u see? This suck situation is getting worse!!
Apa para pemusik harus terus bernasib seperti ini, apa lagi djokdja adalah salah satu acuan kota-kota lain dalam hal musik, bakalan semakin menyedihkan lagi kalau EO kota-kota lain sekitar djokdja juga ikut-ikutan.
Pikir sendiri apa yang terjadi? Bisa jadi musik di djokdja nggak bakal maju untuk kedepannya.

Sebenarnya, hal-hal seperti ini bisa diatasin, kalau saja musisi-musisi djokdja mau sedikit meluangkan waktu buat menyatukan suara dan tetap sama-sama jaga harga dalam Riders mereka agar nggak saling merugikan, apa bisa? Yo mbooh yo?
Buat teman-teman sesama musisi yang setuju dengan hal ini, think about it bro!!
Buat yang tidak, anggap aja tulisan ini angin, dan nggak perlu dicaci maki, tiap orang bebas bersuara kan?

That’s all bro’s… Ini cuma sedikit curhat, tidak kurang, tidak lebih…

*Catatan seorang teman. Yang nulis ni vokalis dari sebuah band indie djokdja. Tulisan ini juga dimuat di kalatog MID (Meet In Djogja). MID adalah katalog yang bertujuan mewadahi aspirasi band indie djokdja.*