25 January 2007

Terbang Buta Arah


Lama-lama, capek juga ya ngomongin Adam Air terus-terusan.. Hehe.. Dan mungkin udah basi ngomongin masalah ini sekarang. Tapi tulisan ini sekedar catatan gw aja.. Sekalian ngisi postingan buat hari ini.. Wekekekk..

Tadi nemu TEMPO edisi minggu kemaren gituh. Trus ada artikel bab kisah Pilot Adam Air yang ternyata gak sedikit ngalamin terbang mengemudikan pesawat (apa namanya kalo kita nyetir pesawat tuh?), tanpa tau arah.. Jadi terbangnya ngikut feeling.. (cieehh.. feeling gituh..).

Si Pilot ini namanya Sutan Solahudin. Waktu itu dia bertugas menerbangkan pesawat Boeing 737-300, dengan rute Jakarta-Padang. Sesaat sebelum terbang, Pak Sutan menerima catatan tentang kondisi pesawat tersebut, dan menemui bahwa si pesawat ternyata ada kerusakan di bagian navigasi. Pak Sutan sempet nolak terbang, tapi dia digaji disinih, and everyone has a boss.. Jadilah Pak Sutan nyopirin pesawat tanpa alat navigasi..

Dengan penumpang sekitar 100-an orang, Pak Sutan cuma pake insting plus feeling buat cari arah Kota Padang dari arah Jakarta. Untungnya gak nyasar.. Gila aja, nyetir mobil pake peta aja masi nyasar apalagi ini nyetir pesawat...

Pak Sutan yang terlanjur gak nyaman dengan pengalaman terbang buta, akhirnya mengundurkan diri dari Adam Air pada bulan Mei 2005. Dan ternyata si Bapak ini gak sendirian, karena ada 16 pilot laen yang ikut mengundurkan diri di waktu yang sama.

Tapi ternyata gak segampang itu Adam Air melepaskan pilot-pilotnya. Pihak Adam Air menuding para pilot itu menyalahi kontrak kerja, dan membawa kasus ini ke pengadilan perdata. Selain harus membayar semua biaya yang dikeluarkan perusahaan, bapak-bapak pilot ini masing-masing harus membayar juga ganti rugi imateriil sebanyak 3,6 miliar.
Whattaaa.......??!!!

Nah, ini sedikit menjelaskan tentang hilangnya pesawat Adam Air dengan nomer penerbangan KI 574 kemaren. Percakapan terakhir yang terekam antara Pilot Refri Agustian Widodo dan petugas air traffic controller (ATC) atau pemandu lalu-lintas udara di Bandara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan adalah menyangkut posisi pesawat.

Setelah pesawat menghindari hempasan angin (cuaca emang agak buruk mungkin ya waktu ituh..), sang pilot KI 574 bertanya dimana posisi dia berada. Padahal kalo sistem navigasi di kokpitnya bener, harusnya pertanyaan seperti itu gak perlu ada.

Ini juga menjelaskan kisah lama pesawat nyasar sampe ke NTT sana di bulan Februari tahun lalu. Waktu ituh, pesawat Adam Air berangkat dari Jakarta dengan tujuan Bandara Hasanuddin, tapi tiba-tiba minta mendarat di Bandara Tambolaka, Sumba, NTT. Padahal kalo mo dilogika, Jakarta-NTT-Makasar ituh lebih jauh dibandinginin Jakarta-Semarang-Makasar.

Isu bahwa manajemen terlalu ikut campur juga diakui para pilot itu. Padahal mereka gak terlalu paham masalah teknis. Seperti misalnya, pihak manajemen Jakarta pernah memerintahkan pesawat yang baru saja mendarat dan menurunkan penumpang untuk terbang lagi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan mengangkut penumpang baru.. Padahal saat transit, harusnya mesin dan rem diberi kesempatan melakukan pendinginan minimal 40 menit.

Yah, sebenernya sih, kalo Yang Di Atas sudah berkehendak buat kita, mo naek pesawat macam apa juga tetep aja kejadian kok.. Minimal terapkan persiapan-persiapan berikut sebelum naek pesawat murah yang ada..