28 July 2006

Antisipasi Gempa di Qinglong


Dia anak muda yang masih belia. Umurnya 21 tahun. Namanya Wang Chungqing. Tapi, dialah yang menyelamatkan Kabupaten Qinglong dari bencana besar. Tak satu pun orang meninggal di daerahnya. Padahal, akibat gempa terbesar di dunia selama satu abad ke-20 yang terjadi pada 1976 lalu itu luar biasa. Di Kota Tangshan, tetangganya, jumlah orang yang meninggal mencapai 280.000 jiwa (melebihi korban tsunami Aceh).

Yang dilakukan Wang Chungqing kini tercatat dalam dokumen internasional yang semestinya bisa menjadi pelajaran bagi negara-negara yang berpotensi terkena gempa. Dokumen itu lengkap menyebutkan apa yang diprogramkan Wang dan bagaimana menerapkannya dalam action plan. Memang, tercatat satu orang meninggal di Kabupaten Qinglong saat itu, namun ternyata akibat serangan jantung.

Dua tahun sebelum gempa, Wang ditunjuk sebagai kepala kantor penanggulangan gempa di kabupatennya. Memang, tidak ada penjelasan mengapa pemerintah berani mengangkat pejabat semuda itu. Saya sedang berusaha bertemu anak itu yang sekarang tentu umurnya masih 50 tahun. Tentu saya tidak bisa mencarinya dalam waktu singkat karena kesibukan saya di Tianjin saat ini. Kalau saja saya masih wartawan seperti zaman muda dulu, pasti orang tersebut sudah saya temukan.

Pemuda Wang yang tercatat dalam dokumen itu sangat memperhatikan informasi dari ahli-ahli geologi. Memang, saat dia diangkat menjadi pimpinan satkorlak gempa kabupaten tersebut, sudah ada informasi dari pemerintah pusat bahwa dalam waktu dua tahun kemungkinan akan terjadi gempa besar di kawasan utara Tiongkok. Namun, kapan waktunya dan di daerah mana saja yang terkena, tidak ada yang tahu.

Padahal, kawasan utara Tiongkok sangat luas. Pokoknya, pemerintah pusat hanya menegaskan bahwa gempa tersebut akan terjadi di kawasan tujuh provinsi di utara (Tianjin, Beijing, Hebei, Shanxi, dan sekitarnya).

Yang membedakan pemuda Wang dari pimpinan satkorlak (eh, apa tepat ya menggunakan istilah ini?) di kabupaten lain adalah: Wang sangat memperhatikan informasi itu. Sedangkan kabupaten lain tidak. Dia berusaha di kabupatennya dipasangi detektor sederhana. Lalu, diterapkan juga cara-cara tradisional.

Misalnya, setiap hari mengecek kualitas air di sumur-sumur penduduk. Berubah warna dan rasa atau tidak. Mengecek air sungai. Meletakkan gelas-gelas berisi air di atas tanah. Setiap hari dicek, apakah ada air yang tumpah akibat getaran atau tidak.

Tiap hari prosedur itu dilakukan. Tentu bisa sangat membosankan karena gempa tidak juga datang setahun setelah persiapan tersebut. Namun, pemuda Wang tidak bosan. Dia terus mengadakan kontak dengan ahli geologi, melakukan rapat dengan kelompok-kelompok masyarakat, mengajari cara-cara menyelamatkan diri, dan mempersiapkan tim pertolongan.

Ketika informasi akan terjadinya gempa mendekati dua tahun, usaha Wang semakin intensif. Sebulan sebelum terjadi gempa, langkah-langkahnya semakin konkret. Dia meminta agar masyarakat tidak lagi menutup pintu dan jendela waktu malam agar kalau terjadi gempa bisa menyelamatkan diri dengan cepat. Dia meminta satu di antara anggota keluarga tidak tidur secara bergiliran.

Namun dia tetap tidak tahu akan terjadi gempa. Bahkan, dia memprogramkan, pada 28 Juli, Wang akan mengadakan simposium besar untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya gempa. Tentu simposium tersebut tidak terjadi karena gempanya ternyata sudah datang pada 26 Juli, dua hari sebelum itu.

Tapi, banyak program yang sempat dilakukan. Misalnya, sejak 25 Juli sekolah harus mengajar muridnya di luar kelas. Penduduk sebanyak mungkin berada di luar rumah. Dokter yang bertanggung jawab mengepalai penyelamatan sudah ditunjuk. Dan seterusnya.

Maka, di kabupaten tersebut, meski guncangan gempa juga hebat dan rumah yang roboh mencapai 180.000 rumah, tidak satu pun orang meninggal.

Keren. Caranya tradisional, membosankan dan butuh kesabaran, tapi efektif banget...
Mungkin gw bisa usulin ke Pak RT perumahan gw buat masang gelas isi air di tanah rumah masing-masing... Tapi, gimana cara ngecek sumur yah?
Di perumahan gw udah pada pake pompa air semua.. Malah ada yang pake PDAM..
Wah, berarti tugas ngecek sumur dititipin ke PDAM aja kali yaa..
Hehehe..


Link :